Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2021

Jejak Perjalanan Iman: Sejarah Paroki Administratif Pelem Dukuh

  Paroki Administratif Pelem Dukuh adalah sebuah kisah tentang keteguhan iman, semangat pengabdian, dan perjuangan tak kenal lelah dari sekelompok umat Katolik yang bertekad membangun komunitas spiritual di tengah tantangan zaman. Cerita ini dimulai dengan seorang pria sederhana bernama Ignatius Tukidin, yang menjadi pelopor umat Katolik pertama di Pelem Dukuh. Pada tahun 1929, Bapak Ignatius Tukidin dipermandikan di Ploso Promasan setelah mengenal agama Katolik di Sekolah Rakyat (SR) Boro. Dengan bimbingan Romo Prennthaler, ia dikirim ke Mendut dan Ungaran untuk mengikuti kursus guru agama. Ketika ia kembali, benih iman yang ia bawa mulai bersemi di tanah Pelem Dukuh. Rumahnya menjadi tempat diselenggarakannya misa pertama, meski hanya tiga orang yang menerima komuni saat itu: Ignatius Tukidin sendiri, Bapak Sastroadmojo, dan Bapak Tjokrosiswoyo. Inilah awal mula dari perjalanan panjang umat Katolik di Pelem Dukuh. Tak lama kemudian, hadir pula Ibu Yakoba Sikem, yang menjadi umat ...

Renungan APP tgl 27 Februari 2021

  SABTU Prapaska 1 “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan”(Mzm 119:1) Sebagai orang beriman, kita yakin bahwa Tuhan menghendaki setiap orang hidup dalam kesalehan dan tanpa cela. Namun demikian kita juga sadar untuk mengusahakan keutamaan tersebut tidaklah serta merta mudah manakala orang mesti berjuang di tengah kerapuhan manusiawinya.  Adakah orang yang merasa bahwa selama hidupnya tidak pernah membuat sebuah kesalahan? Kesalehan dan hidup tak bercela tidak berarti bahwa orang tidak pernah jatuh dalam kesalahan, namun selalu mau kembali dan dikoreksi oleh Tuhan. Keterbukaan diri untuk kembali hidup selaras dengan kehendak Tuhan dapat kita teladani dari kesalehan hidup banyak orang. Salah satunya adalah Daud. Setelah diingatkan kembali oleh nabi Natan oleh karena dosanya, Daud menyesal dan berujar di hadapan Tuhan, “ Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Eng...

Renungan APP tgl 26 Februari 2021

  JUMAT Prapaska 1 Hari pantang “Jika hidup keagamaanmu dak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orangorang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga”(Mat 5:20) Perikop di atas menunjukkan bahwa cara beribadat ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi memang benar. Hanya saja terdapat satu kekurangan yaitu mereka menolak percaya kepada Kristus sebagai Anak Tunggal Allah. Kita yang telah beriman kepada Yesus tentu harus didukung dengan pola hidup rohani kita yang harus lebih baikdaripada ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi. Lalu caranya bagaimana? Dalam bidang liturgi terdapat istilah lex orandi, lex credendi dan lex vivendi. Istilah tersebut memiliki makna bahwa apa yang kita doakan, kita imani seharusnya juga kita hidupi dalam rutinitas sehari-hari. Dengan demikian perilaku, ungkapan dan sikap kita merupakan pancaran dari kedalaman hidup rohani kita. Sebagai orang kristiani kita jangan sampai jatuh pada ekstrim tertentu, misalnya me...

Renungan APP tgl 25 Februari 2021

  KAMIS Prapaska 1 “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;carilah, maka kamu Akan mendapat; ketoklah,maka pintu akan dibukakan kepadamu” (Mat 7:7) Merenungkan kutipan sabda hari ini dan apa yang sering kita lakukan dalam kehidupan doa, mendorong diri saya untuk bertanya apakah selama ini, saya justru terlalu cerewet kepada Tuhan, terutama agar Ia mengabulkan doa-doa permohonan saya dan tidak membiarkan diri saya mengenal dan mengikuti kehendakNya? Sebagai orang beriman, saya percaya akan kemurahan hatiNya. Yang saya perlukan hanyalah mengerti kehendak dan cara Tuhan untuk mendidik saya sebagai orang beriman yang berpengharapan.  Suatu saat, barangkali Tuhan langsung mengabulkan apa yang kita mohon karena apa yang kita mohon sesuai dengan kehendak-Nya. Namun di saat yang lain, barangkali Tuhan sengaja menunda untuk memberikan apa yang kita mohon karena kita sebenarnya belum siap dan pantas menerimanya. Ia akan memberikan pada saat kita benar-benar siap dan pantas.  Dalam ...

Renungan APP Tanggal 24 Februari 2021

  RABU Prapaska 1 “… demikianlah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini”(Luk 11: 30) Barangkali ada sebagian dari kita yang pernah berpikir bahwa banyaknya masalah dalam hidup menandakan kealpaan Tuhan dalam hidup kita. Banyaknya masalah kadang membuat kita menganggap bahwa Tuhan tidak ikut campur tangan dan membiarkan kita bergumul, bahkan ada pula yang sampai membuat kita merasa Tuhan tidak menyayangi kita karena membiarkan kita terus bergumul dengan masalah yang tidak kunjung terselesaikan. Seperti para ahli taurat dan orang Farisi, kita pun sering menuntut tanda bahkan mukjijat dari Tuhan. Belajar dari kutipan sabda hari ini, kita diajak untuk lebih peka melihat pekerjaan Tuhan yang tidak selalu nampak melalui perkara- perkara besar. Ia selalu hadir, menyertai, dan bekerja dalam bahkan perkara-perkara kecil kehidupan kita. Yang kita butuhkan hanyalah kepekaan untuk melihat dan mengalami cara kerja Tuhan dalam hidup serta belajar untuk puas dan bersyukur atas cara ke...

Renungan APP tanggal 23 Februari 2021

SELASA Prapaska 1 “… karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu memintanya”.(Mat 6:8) Merenungkan relasiku dan Tuhan serta penyerahan diriku pada penyelenggaraan ilahiNya itu ibarat dua orang yang sedang mengayuh sepeda tandem. Kita mungkin pernah merasa bahwa segala sesuatu di hidup kita hanya diri kita sendirilah yang menentukan. Hendak menjadi apa aku, hidup macam apa yang kupilih, ke mana aku akan pergi, siapa yang akan menjadi pasangan hidupku, semuanya akulah yang menentukan. Tentu kita pernah merasa dalam posisi memegang kendali sepenuhnya dalam hidup, dan segala sesuatunya terpenuhi sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tapi tunggu dulu, apakah aku hanya sendirian mengayuh “sepeda hidup”-ku? Tentu tidak. Selagi kita mengarahkan kemudi, Tuhan tidak berhenti mengayuh pedal dan mendorong laju sepeda kita. Kita mungkin bangga karena memilih jalan sendiri, tetapi tidak jarang berujung pada jalan yang salah karena lupa bahwa Tuhan ada bersepeda bersama kita. Ternya...

Renungan APP tanggal 22 Februari 2021

SENIN Prapaska 1 “Tuhan, bilamana kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau”.(Mat 25:44b) Sabda Tuhan yang kita dengarkan hari ini, mengajak kita untuk merenungkan dan mengupayakan tentang “penerimaan”. Setiap orang pasti menginginkan hal yang baik bagi dirinya dan sebaliknya juga butuh perjuangan untuk dapat menerima kekurangan, kelemahan diri, dan hal-hal yang dinilai buruk. Karya penebusan Tuhan dimulai dengan hadirnya Tuhan di tengah kemanusiaan kita yang tidak sempurna dan penuh dengan kelemahan. Karya keselamatan dimulai dengan penerimaan diri seutuhnya. Selanjutnya, Tuhan juga menerima dan merengkuh orang-orang yang penuh dengan kelemahan: orang-orang sakit, orang-orang tersingkir, bahkan orang-orang yang dianggap berdosa oleh kebanyakan orang. Tuhan menerima mereka dalam setiap kelemahan dan mengundang mereka untuk menikmati kelimpahan belas kasih dan kerahimanNya. Begitu pula ter...

Perayaan Ekaristi Rabu Abu

  Selasa, 16 Februari 2021 di pegunungan menorah lebih tepatnya di Gereja Santa Maria Fatima Pelem Dukuh diadakan ekaresti Rabu Abu. Ekaristi ini dipimpin oleh Romo Robertus Saptaka, Pr yang dimulai pada pukul 15.00 WIB.   Rabu abu kali ini terasa berbeda dari tahun kemarin. Karena maraknya virus corona maka ada beberapa ketentuan baru yang harus diterapkan. Tanda salib dari abu yang biasanya ada didahi sekarang abunya hanya ditaburkan dikepala umat. Selain itu protocol Kesehatan juga masih sangat dijaga dan dijalankan dengan sebaik-baiknya guna mengantisipasi adanya virus corona.  Dalam homili, Romo Saptaka mengajak kita untuk bertobat dari hati dan tidak mengumbar-umbar. Di masa sekarang ini banyak umat yang lebih mementingkan wujud lahirnya di dalam sebuah pengorbanan daripada wujud batin. Pertobatan ini seharusnya membawa kita untuk memperbaiki dan menyempurnakan hati kita.  Puasa bagi umat Katolik dianggap ringan bagi beberapa orang. Namun secara pribadi ki...

Renungan APP tanggal 20 Februari 2021

  SABTU Sesudah Rabu Abu “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit” (Luk 5:31b) Masih terngiang di dalam benak kita tentang situasi pandemi Covid-19 yang terjadi pada tahun 2019-2020. Dampak yang ditimbulkannya pun masih dirasakan hingga saat ini. Pada saat situasi pandemi tersebut, usaha untuk menjaga pola hidup sehat menjadi sebuah keharusan. Bahkan banyak negara berlomba-lomba dalam usaha menemukan vaksin Covid-19 agar dapat menyelamatkan jutaan jiwa manusia. Ketika dunia dilanda ketakutan akan sebuah pandemi, setiap orang mulai berpikir tentang arti hidup sehat. Pesan Yesus melalui penginjil Lukas menjadi sangat jelas bahwa Ia datang sebagai tabib bagi mereka yang sakit. Ukuran badan yang sehat dapat dilihat dari tingkat kebugaran, tidak menderita penyakit dll. Namun bagaimana melihat tingkat kesehatan jiwa kita? Setiap dari kita tentu mengalami kondisi batin yang berbeda-beda. Mungkin saja kita sedang dilanda dengan persoalan, pergulatan, luka batin, depresi...

Renungan APP tanggal 19 Februari 2021

J umat Sesudah Rabu Abu Hari pantang “Berpuasa yang Kukehendaki ialah engkau harus membuka belenggu-belenggu kelaliman.” (Yes 58: 6) Bagi kita orang Katolik, puasa dan pantang menjadi sarana pertobatan, penyangkalan diri, dan usaha mempersatukan pengorbanan diri dengan pengorbanan Yesus di Salib sebagai silih atas dosa kita serta demi mendoakan keselamatan dunia. Puasa dan pantang murid Kristus tidak terlepas dari doa serta perbuatan amal kasih. Puasa dan pantang menjadi sarana latihan rohani yang semakin mendekatkan diri kita pada sesama dan Tuhan. Puasa dan pantang bukan semata-mata “menyiksa diri”, namun menjadi usaha perendahan diri agar dapat semakin menghayati betapa besar kasih Allah kepada kita dan meneruskan meneruskan berkatNya kepada sesama. Melatih diri dalam puasa dan pantang tidak cukup berhenti untuk tidak makan dan minum atau meninggalkan kebiasaan buruk tertentu, namun pada akhirnya juga menjadi perutusan bagi setiap murid Kristus untuk meneruskan berkat bagi semakin b...

Renungan APP tanggal 18 Februari 2021

KAMIS Sesudah Rabu Abu “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku. (Luk 9:23)”   Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita bagaimana seharusnya menjadi seorang murid Kristus: berani menyangkal diri, memikul salib setiap hari, dan mengikuti Kristus. Menyangkal diri adalah sikap seorang murid untuk berani berkata “tidak” terhadap kehendak diri sendiri yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Berkaitan dengan hal ini, St. Ignatius dalam Latihan Rohani menulis tentang agree contra: Karena itu, agar Sang Pencipta dan Tuhan benar-benar lebih dapat bekerja dalam makhluk-Nya, jikalau ternyata jiwa itu dengan tak teratur lekat atau cenderung akan sesuatu, sangat bergunalah baginya berusaha sekuat tenaga untuk menginginkan kebalikan dari hal yang dilekatinya dengan tak teratur tadi [LR 16]. Selanjutnya, memikul salib digunakan Lukas untuk mengingatkan bahwa seorang Kristen semestinya menjalani hidup seolah-olah telah dijatuhi “...

Renungan APP tanggal 17 Februari 2021

  RABU ABU Hari Pantang dan Puasa “Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh…. Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan Allahmu,” firman Tuhan. (YI 2:12-13) Mulai hari ini, kita memasuki masa Prapaska. Perayaan iman hari ini mengingatkan kita akan asal dan tujuan hidup kita, manusia berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu sesudah kematiannya. Namun demikian, karunia hidup haruslah bermakna dan diperjuangkan, termasuk pula dalam dinamika pertobatan, perubahan, peralihan dan penataan hidup orang beriman secara total. Semoga abu yang kita terima dan teroleh dalam dahi kita, senantiasa mengingatkan kita untuk “bertobat dan semakin percaya pada Injil dan keterlibatan kita dalam gerakan aksi puasa pembangunan menjadi sarana berkat bagi sesama. Mari kita hidup lebih bermakna dan berbuat lebih berbobot. Perbuatan yang lebih berbobot akan membuat hidup lebih berarti. Pada hari ini, marilah kita belajar ...