Paroki Administratif Pelem Dukuh adalah sebuah kisah tentang keteguhan iman, semangat pengabdian, dan perjuangan tak kenal lelah dari sekelompok umat Katolik yang bertekad membangun komunitas spiritual di tengah tantangan zaman. Cerita ini dimulai dengan seorang pria sederhana bernama Ignatius Tukidin, yang menjadi pelopor umat Katolik pertama di Pelem Dukuh. Pada tahun 1929, Bapak Ignatius Tukidin dipermandikan di Ploso Promasan setelah mengenal agama Katolik di Sekolah Rakyat (SR) Boro. Dengan bimbingan Romo Prennthaler, ia dikirim ke Mendut dan Ungaran untuk mengikuti kursus guru agama. Ketika ia kembali, benih iman yang ia bawa mulai bersemi di tanah Pelem Dukuh. Rumahnya menjadi tempat diselenggarakannya misa pertama, meski hanya tiga orang yang menerima komuni saat itu: Ignatius Tukidin sendiri, Bapak Sastroadmojo, dan Bapak Tjokrosiswoyo. Inilah awal mula dari perjalanan panjang umat Katolik di Pelem Dukuh. Tak lama kemudian, hadir pula Ibu Yakoba Sikem, yang menjadi umat ...
UPDATE 2018 : PENYALURAN BANTUAN SUDAH DITUTUP/DIHENTIKAN !!! jika ada pihak yang menyalahgunakan artikel ini di luar tanggung jawab kami.. Tanah Longsor dan Pohon Tumbang Munculnya Badai CEMPAKA di perairan Selatan Jawa mengakibatkan area belokan angin yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan. Aliran masa udara basah dari barat menyebabkan kondisi udara di sekitar Jawa dan D.I. Yogyakarta menjadi sangat tidak stabil. Salah satu dampak dari badai cempaka di Pelem Dukuh adalah hujan yang dibarengi angin kencang semenjak Minggu sore (26/11) hingga tadi malam (29/11). Intensitas hujan yang tinggi ini menyebabkan banyak tanah longsor dan pohon tumbang di area Pelem Dukuh (ds Purwosari). Longsor dan pohon tumbang mulai terjadi pada hari selasa (28/11) dibeberapa lingkungan, berikut daftar korban sampai saat ini : 1. Lingkungan Stephanus Mranggen - Kel. Bp. Anto ...