Skip to main content

Jejak Perjalanan Iman: Sejarah Paroki Administratif Pelem Dukuh

  Paroki Administratif Pelem Dukuh adalah sebuah kisah tentang keteguhan iman, semangat pengabdian, dan perjuangan tak kenal lelah dari sekelompok umat Katolik yang bertekad membangun komunitas spiritual di tengah tantangan zaman. Cerita ini dimulai dengan seorang pria sederhana bernama Ignatius Tukidin, yang menjadi pelopor umat Katolik pertama di Pelem Dukuh. Pada tahun 1929, Bapak Ignatius Tukidin dipermandikan di Ploso Promasan setelah mengenal agama Katolik di Sekolah Rakyat (SR) Boro. Dengan bimbingan Romo Prennthaler, ia dikirim ke Mendut dan Ungaran untuk mengikuti kursus guru agama. Ketika ia kembali, benih iman yang ia bawa mulai bersemi di tanah Pelem Dukuh. Rumahnya menjadi tempat diselenggarakannya misa pertama, meski hanya tiga orang yang menerima komuni saat itu: Ignatius Tukidin sendiri, Bapak Sastroadmojo, dan Bapak Tjokrosiswoyo. Inilah awal mula dari perjalanan panjang umat Katolik di Pelem Dukuh. Tak lama kemudian, hadir pula Ibu Yakoba Sikem, yang menjadi umat ...

MINGGU ADVEN IV – HARI JADI PAROKI KE 8 – PELANTIKAN DPP PERIODE 2022-2024


 

Tepat pada Minggu Adven Ke IV, 19 Desember 2021, Paroki Adm St Maria Fatima Pelem Dukuh merayakan Hari Jadi ke-8 yang sebenarnya jatuh pada anggal 22 Desember 2021. Disaat yang sama juga dilaksanakan pelantikan Dewan Pastoral Paroki periode 2022-2024 oleh A.R Yudono Suwondo selaku Vikaris Episkopal Yogyakarta Barat.

 

Dalam Pengantar Ekaristi hari ini, Rm Modestus Supriyanto Pr, selaku Romo Paroki menyampaikan bahwa Ibu Maria dan Ibu Elisabet mempersembahkan hidup, membiarkan dirinya dipergunakan oleh Tuhan. Mereka saling bertemu, berbicara saling memuji, saling memuliakan dalam iman. Semoga perjumpaan mereka, menginspirasi kita semua untuk memasuki minggu adven ke IV ini. Dalam minggu ke IV, kita diajak belajar dan meneladan sikap Ibu Maria dan Ibu Elisabet,  meningkatkan kebaktian kita, tanggungjawab kita supaya menjadi tempat yang pantas untuk-Nya. Ibu Maria dan Ibu Elisabet, mereka menyiapkan kelahiran putera-puteranya, sedangkan kita mempersiapkan diri, hidup, keluarga supaya pantas menyambut-Nya. Hari Jadi Paroki yang ke-8 ditandai dengan pelantikan Dewan Pastoral Paroki periode 2022-2024 oleh Rm. A.R Yudono Suwondo selaku Vikaris Episkopal Yogyakarta Barat. Semoga berkat keteladanan dan doa restu Ibu Maria dan Ibu Elisabeth, juga menyemangati kinerja kita semua di tahun mendatang.


Bacaan hari ini diambil dari (Luk1:39-45)

….Ketika Elisabeth mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang didalam rahimnya, dan Elisabeth pun penuh dengan roh kudus, lalu berseru dengan suara nyaring, “Diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai Ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” ….




Dalam Homilinya, Rm A.R Yudono Suwondo menjelaskan bahwa Gerja adalah tempat dimana kita bersaudara, tempat berkumpul untuk memuji Tuhan, dan Yesus ada ditengah-tengahnya. Sehingga diharapkan DPP bisa melayani geraja dengan sungguh-sungguh dimana umat ada didalamnya dan masyarakat yang ada disekitar merasakan manfaatnya.Kita juga diajak merefleksikan tentang semangat pelayanan, bukan “apa yang bisa gereja lakukan untuk kita?” tetapi “apa yang bisa kita lakukan untuk gereja?” Kita juga dituntut untuk bisa mewujudkan Gereja sebagai rumah. Rumah itu ayem (memberi rasa aman), ayom (melindungi), asri (indah, menyenangkan), mranani (suasana tercipta dengan baik), merbawani (mempunyai wibawa). Dari sini diharapkan DPP dan seluruh umat bisa mengembangkan Paroki Adm Pelem Dukuh dengan prinsip :

1. Ayem,

2. Ora tau nesu,

3. Gemati dan Tlaten

Beliau juga berpesan bahwa hal-hal yang sudah baik di periode sebelumnya sebaiknya dilanjutkan dan dikembangkan dengan semangat sinode (duduk bareng, rembugan bareng, mutuske bareng, nandangi bareng) sehingga dengan demikian Gereja semakin bertumbuh dan berkembang.

 

Pelantikan Dewan Pastoral Paroke periode 2022-2024 dilaksanakan setelah Homili. Prosesi dimulai dengan pernyataan kesediaan menerima panggilan dan perutusan sebagai DPP, dilanjutkan janji calon DPP, doa dan pengukuhan Romo Vikep dan diakhiri dengan percikan air suci dan penandatanganan berita acara oleh Vikaris Episkopal Yogyakarta Barat dan Romo Paroki. dan seluruh rangkaian acara hari ini ditutup dengan potong tumpeng dan ramah tamah antara DPP lama dan baru dengan Romo Vikep.

 


Note :

ARTI LOGO HARI JADI :

Ø  8 melambang perjalanan tahun yang sudah dilalui sejak menjadi paroki administratif

Ø  Warna transisi dari biru tua hingga biru muda melambangkan
Ø  proses dari iman hingga menjadi buah
 
Ø  warna biru tua melambangkan landasan kekuatan iman
 
Ø  warna biru muda melambangkan kepekaan ,kesegaran dan keramahan ,
Ø  yaitu sebuah kondisi yang bisa menjadi gambaran buah yang
Ø  diharapkan 
 
Ø  abu abu melambangkan  keseriusan, kestabilan, kemandirian, dan bertanggung jawab
 
Ø  garisgaris hitam melambangkan kekuatan,
Ø  membentuk angka delapan dengan perpaduan garis gemuk
Ø  dan kurus melambangkan keseimbangan dalam visual / pandangan
 
Ø  Air di bawah melambangkan keluwesan
 
Ø  angka 8 berlayar di air
Ø  melambangkan harapan  8 tahun paroki ini bisa mengarungi atau berlayar
Ø  sampai tujuan iman kita.
 

 

Galeri Foto klik disini dan disini

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jejak Perjalanan Iman: Sejarah Paroki Administratif Pelem Dukuh

  Paroki Administratif Pelem Dukuh adalah sebuah kisah tentang keteguhan iman, semangat pengabdian, dan perjuangan tak kenal lelah dari sekelompok umat Katolik yang bertekad membangun komunitas spiritual di tengah tantangan zaman. Cerita ini dimulai dengan seorang pria sederhana bernama Ignatius Tukidin, yang menjadi pelopor umat Katolik pertama di Pelem Dukuh. Pada tahun 1929, Bapak Ignatius Tukidin dipermandikan di Ploso Promasan setelah mengenal agama Katolik di Sekolah Rakyat (SR) Boro. Dengan bimbingan Romo Prennthaler, ia dikirim ke Mendut dan Ungaran untuk mengikuti kursus guru agama. Ketika ia kembali, benih iman yang ia bawa mulai bersemi di tanah Pelem Dukuh. Rumahnya menjadi tempat diselenggarakannya misa pertama, meski hanya tiga orang yang menerima komuni saat itu: Ignatius Tukidin sendiri, Bapak Sastroadmojo, dan Bapak Tjokrosiswoyo. Inilah awal mula dari perjalanan panjang umat Katolik di Pelem Dukuh. Tak lama kemudian, hadir pula Ibu Yakoba Sikem, yang menjadi umat ...

Festival Kesenian Tradisional (FKT) 2023

  Festival Kesenian Tradisional (FKT) merupakan sebuah kegiatan yang diadakan oleh Orang Muda Katolik (OMK) di Rayon Kulon Progo yang bertujuan untuk melestarikan budaya dan juga wadah bagi kaum muda untuk berekspresi. Kegiatan ini diadakan satu tahun sekali yang pada waktu itu sempat terhenti karena adanya covid-19. Pada tahun ini diadakan Kembali FKT yang bertemakan “ Pulih Gigih Linuwih ” dengan logo nyala api. Nyala api yang merah menandakan sebuah keberanian, kekuatan, kegembiraan, gairah, dan juga energi. Pulih berarti sesuatu yang hidup dan menyala bisa mengindikasikan bahwa sesuatu itu sudah pulih. Gigih berarti api yang mempunyai kegigihan, ia berusaha untuk selalu memperbesar diri dan meluaskan areanya serta akan segera menyebar dan tidak mudah untuk dipadamkan. Dan yang terakhir adalah linuwih yang berarti api punya kelebihan yaitu panas dan juga terang dari sekitarnya.  Kegiatan ini terlaksana pada tanggal 09 Juli 2023 yang bertempat di Lapangan Cubung, Lendah, ...

Paskahan 2023 Lingkungan Vicensius Gedong

 Rangkaian Paskah di Gereja dari Minggu Palma sampai misa adhiyuswo sudah selesai. Kini lingkungan-lingkungan di Paroki Adm. Pelem Dukuh yang mengadakan Paskahan Lingkungan. Ini juga yang terjadi di Lingkungan Vicensius Gedong. Rabu 12 April 2023 bertempat di rumah Bapak Pribadi di adakan paskahan Lingkungan di mulai pukul 3 sore. Sekitar pukul setengah 3 sore umat di lingkungan Vicensius Gedong sudah mulai berdatangan, apalagi lingkungan ini di dominasi oleh simbah-simbah yang jalan kaki. Antusias umat cukup bagus terlihat dari umat lingkungan yang rumahnya paling atas sampai rumah yang paling bawah bias hadir dalam paskahan lingkungan ini, dari anak-anak juga sampai simbah-simbah. Pada kesempatan ini Lingkungan Vicensius Gedong juga mengundang Frater Gabriel Singgih dari Seminari Santo Paulus Kenthungan Yogyakarta yang kebetulan berada di Paroki Adm. Pelem Dukuh. Belia juga memimpin ibadat pada sore itu. Frater Singgih yang asli dari Makasar memimpin ibadat dengan Bahasa Jawa, ...