Paroki Administratif Pelem Dukuh adalah sebuah kisah tentang keteguhan iman, semangat pengabdian, dan perjuangan tak kenal lelah dari sekelompok umat Katolik yang bertekad membangun komunitas spiritual di tengah tantangan zaman. Cerita ini dimulai dengan seorang pria sederhana bernama Ignatius Tukidin, yang menjadi pelopor umat Katolik pertama di Pelem Dukuh. Pada tahun 1929, Bapak Ignatius Tukidin dipermandikan di Ploso Promasan setelah mengenal agama Katolik di Sekolah Rakyat (SR) Boro. Dengan bimbingan Romo Prennthaler, ia dikirim ke Mendut dan Ungaran untuk mengikuti kursus guru agama. Ketika ia kembali, benih iman yang ia bawa mulai bersemi di tanah Pelem Dukuh. Rumahnya menjadi tempat diselenggarakannya misa pertama, meski hanya tiga orang yang menerima komuni saat itu: Ignatius Tukidin sendiri, Bapak Sastroadmojo, dan Bapak Tjokrosiswoyo. Inilah awal mula dari perjalanan panjang umat Katolik di Pelem Dukuh. Tak lama kemudian, hadir pula Ibu Yakoba Sikem, yang menjadi umat ...
Renungan Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi 2021 Hari ke-25: Santo Yusuf, Taat pada Allah lewat Mimpi
Dalam tradisi masyarakat Jawa, mimpi dapat dikelompokkan menjadi tiga macam berdasarkan waktunya. Ketiga mimpi itu adalah titiyoni (pukul 21.00 - 24.00), gondoyoni (pukul 24.00 - 03.00), dan puspa tajem(pukul 03.00 - 06.00). Titiyoni adalah mimpi yang tidak memiliki arti yang sangat khusus. Gondoyoni adalah mimpi yang menunjukkan pada kualitas kejiwaan kita, menyingkapkan apa yang tersembunyi di dalam diri kita agar dapat diketahui, diterima, dan kemudian diolah. Sementara, puspa tajem adalah mimpi yang diyakini memiliki makna yang sering menjadi kehendak Allah.
Kitab Suci juga biasa mengaitkan kehendak Allah yang disampaikan melalui mimpi. Santo Yusuf termasuk yang mengalaminya. Paus Fransiskus dalam Surat Apostolik Patris Corde menguraikan bahwa ada empat mimpi yang dialami oleh Santo Yusuf dan langsung dilaksanakannya dengan taat sesuai pesan-Nya (Mat. 1:24; Mat. 2:14-15; Mat. 2:21; dan Mat. 2:22). Setiap mimpi menunjukkan kehendak Allah yang harus dilaksanakannya. Paus Fransiskus menyebut Santo Yusuf sebagai seorang bapak yang taat (bdk. PC, No. 3). Ketaatan Santo Yusuf terhadap kehendak Allah sudah teruji sejak awal, yaitu saat ia mau memperistri Maria. Pertama, dalam kebimbangannya, dia didatangi malaikat Tuhan agar tidak
takut mengambil Maria sebagai istrinya. Kedua, saat bayi Yesus akan dibunuh oleh Herodes, Yusuf membawa Maria dan Yesus mengungsi ke Mesir sampai Herodes meninggal. Ketiga, saat tinggal di Mesir, Santo Yusuf diberitahu lewat mimpi bahwa Herodes sudah meninggal. Lalu dia membawa Maria dan Yesus untuk kembali ke tanah Israel. Keempat, dalam perjalanan pulang, Yusuf diberitahu bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya. Karena dinasihati dalam mimpi, Yusuf pergi ke daerah Galilea dan tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret.Santo Yusuf sungguh menjadi teladan dalam ketaatan melaksanakan kehendak Allah. Kepekaan hati Yusuf atas apa yang dikehendaki Allah itulah yang perlu kita mohon dalam doa-doa kita. Bila kita yakin akan kehendak Allah, marilah kita segera melaksanakannya tanpa tengok kanan atau tengok
kiri lagi.
Comments
Post a Comment