Skip to main content

Jejak Perjalanan Iman: Sejarah Paroki Administratif Pelem Dukuh

  Paroki Administratif Pelem Dukuh adalah sebuah kisah tentang keteguhan iman, semangat pengabdian, dan perjuangan tak kenal lelah dari sekelompok umat Katolik yang bertekad membangun komunitas spiritual di tengah tantangan zaman. Cerita ini dimulai dengan seorang pria sederhana bernama Ignatius Tukidin, yang menjadi pelopor umat Katolik pertama di Pelem Dukuh. Pada tahun 1929, Bapak Ignatius Tukidin dipermandikan di Ploso Promasan setelah mengenal agama Katolik di Sekolah Rakyat (SR) Boro. Dengan bimbingan Romo Prennthaler, ia dikirim ke Mendut dan Ungaran untuk mengikuti kursus guru agama. Ketika ia kembali, benih iman yang ia bawa mulai bersemi di tanah Pelem Dukuh. Rumahnya menjadi tempat diselenggarakannya misa pertama, meski hanya tiga orang yang menerima komuni saat itu: Ignatius Tukidin sendiri, Bapak Sastroadmojo, dan Bapak Tjokrosiswoyo. Inilah awal mula dari perjalanan panjang umat Katolik di Pelem Dukuh. Tak lama kemudian, hadir pula Ibu Yakoba Sikem, yang menjadi umat ...

Misa Perdana Romo Agustinus Wahyu Dwi Anggorol SJ Di Pelemdukuh



Misa Perdana Romo Agustinus Wahyu Dwi Anggoro, S.J yang di selenggarakan di kediaman( rumah) Romo Agus dilaksanakan hari ini (2/8/2019) pukul 09.00 WIB. Dua hari sebelumnya, pada tanggal 31 Juli 2019, Bapa Uskup Mgr.Robertus Rubiyatmoko menahbiskan 8 calon Imam dari kongergasi Serikat Yesus (SJ) digereja St. Antonius Kotabaru. Delapan Imam tersebut antara lain:

Romo Agustinus Wahyu Dwi Anggoro, S.J. Romo Benny Beatus Wetty, S.J. Romo Bernardus Christian Triyudo Prastowo, S.J. Romo Fransiskus Kristino Mari Asisi, S.J. 
Romo Harry Setianto Sunaryo, S.J. 
Romo Hendricus Satya Wening Pambudi, S.J. Romo Paulus Prabowo, S.J. 
Romo Rafael Mathando Hinganaday, S.J. 

Misa Perdana Romo Agus yang dilaksanakan dirumahnya, di dampingi oleh 8 romo konselebran, antara lain Romo. Andreas Sugijopranoto, S.J. (Rektor Kolese St. Ignatius, Yogyakarta , Romo Modestus Supriyanta,Pr (Romo Paroki) , Romo Contantinus Hadianta,Pr, dan 5 Romo baru ditahbiskan bersama Romo Agus kemaren. Misa tersebut dihadiri oleh sanak-saudara keluarga Ibu Chatarina Martilah (Ibu Romo Agus) umat paroki Adm. Pelem Dukuh serta umat paroki sekitar. Setelah Perayaan Ekaristi selesai acara dilanjutkan dengan ramah tamah dengan keluarga. 

 Kenapa saya ingin jadi romo ? Awalnya hanya dari hal sederhana , ketika itu , ketika saya kecil ada kunjungan romo kerumah kami ,romo kami waktu itu adalah romo Adi Wardoyo " Le kowe suk dadi romo yo " rupanya kalimat sederhana itu 'berbunyi' di dalam diri saya , membawa ketertarikan tersendiri karena di mata saya ,seorang romo terlihat keren , di subyo-subyo (di hormati) , makan enak , bisa di lihat ketika ibu saya membuat masakan untuk romo maka akan lebih spesial dari biasanya .. sampai dalam permainan masa kecil saya pun bersama adik dan kakak saya ,kita main romo-romoan dengan memakai taplak sebagai jubahnya, saya membagikan 'hosti' , hosti yang merupakan biskuit . 

Baru setelah berada di Seminari Mertoyudan yang hari ini diwakili oleh kehadiran Romo Hadi, saya menemukan makna panggilan saya makna menjadi romo , alasan saya menjadi romo secara lebih mendalam , saya mengucapkan terimakasih .

 "Seumpama menabur benih " tentu saja membutuhkan tanah yang subur , lingkungan yang baik dan hal-hal pendukung lainya agar bisa tumbuh dengan baik dan itulah yang terjadi pada saya , lingkungan saya dari kecil sangat mendukung benih itu dari sekolah minggu yang ketika itu di bimbing oleh Ibu Ngatilah , trimakasih ..lalu menjadi misdinar , sekolah dasar : Bu Suprih , Bu Saminem, Bu Parsiyah , Pak Wakidi yang menjadi katekis saya dan banyak lagi guru-guru sekolah saya yang membimbing saya dengan kasih ..sekali lagi membimbing saya dengan kasih .. mungkin ini akan beda ceritanya kalau saya waktu itu saya di pukul atau di jewer atau dengan kekerasan lainya ..tapi tidak seperti itu , saya di bimbing dengan kasih sayang oleh mereka , itulah yang saya rasakan .. sampai saya SMP ada Pak Totok , Pak Martono, Pak Priyanto , trimakasih pak Priyanto atas bimbinganya dan kebetulan hari ini hadir .. 

 Intinya adalah trimakasih , mohon maaf dan mohon doa .

Kita sebagai romo adalah seperti bejana tanah yang sewaktu waktu bisa pecah ketika jatuh , tentu saja dalam pelayanan kami sekarang dan nanti kita akan banyak sekali halangan yang sewaktu-waktu bisa saja membuat bejana itu pecah , untuk itu doa dari umat sangat dibutuhkan untuk kami para romo agar bisa tetap setia dan tekun dalam kita menghadapi rintangan-rintangan itu , bukan untuk menghilagkan rintangan - rintangan itu tapi agar bisa tetap tabah , setia , tekun dalan menghadapinya .. bukan untuk menghilangkan salib itu tapi untuk tetap setia pada salib itu . Itulah sepenggal cerita dari Romo Wahyu yang masih banyak lagi cerita , namun tak bisa semuanya di rangkum oleh penulis .

Yang paling menarik adalah ketika Romo Supri di beri kesempatan berbicara , Romo Supri mengajak umat memberi doa dan kekuatan dengan sebuah lagu yang bisa di rasakan sebagai hal yang kuat yaitu dengan lagu dengan menggunakan nada "dalam Yesus" tapi kata-katanya di ganti menjadi : 

 Dadi romo , dadi romo tekan mati 
Dadi romo , dadi romo tekan mati 
 Saiki lan sak lawase , 
Dadi romo tekan mati 

 Dan juga mengajak semua ikut bernyanyi dengan di iringi koor pelemdukuh : 

 (Untuk Romo Wahyu dkk) 
Dadi romo , dadi romo tekan mati 
Dadi romo , dadi romo tekan mati 
 Saiki lan sak lawase , 
Dadi romo tekan mati 

 (Untuk umat) 
Dadi manten, dadi manten tekan mati 
Dadi manten, dadi manten tekan mati 
Saiki lan sak lawase Dadi manten, 
dadi manten tekan mati 

 *by.andreas ajik_

Comments

Popular posts from this blog

Jejak Perjalanan Iman: Sejarah Paroki Administratif Pelem Dukuh

  Paroki Administratif Pelem Dukuh adalah sebuah kisah tentang keteguhan iman, semangat pengabdian, dan perjuangan tak kenal lelah dari sekelompok umat Katolik yang bertekad membangun komunitas spiritual di tengah tantangan zaman. Cerita ini dimulai dengan seorang pria sederhana bernama Ignatius Tukidin, yang menjadi pelopor umat Katolik pertama di Pelem Dukuh. Pada tahun 1929, Bapak Ignatius Tukidin dipermandikan di Ploso Promasan setelah mengenal agama Katolik di Sekolah Rakyat (SR) Boro. Dengan bimbingan Romo Prennthaler, ia dikirim ke Mendut dan Ungaran untuk mengikuti kursus guru agama. Ketika ia kembali, benih iman yang ia bawa mulai bersemi di tanah Pelem Dukuh. Rumahnya menjadi tempat diselenggarakannya misa pertama, meski hanya tiga orang yang menerima komuni saat itu: Ignatius Tukidin sendiri, Bapak Sastroadmojo, dan Bapak Tjokrosiswoyo. Inilah awal mula dari perjalanan panjang umat Katolik di Pelem Dukuh. Tak lama kemudian, hadir pula Ibu Yakoba Sikem, yang menjadi umat ...

Festival Kesenian Tradisional (FKT) 2023

  Festival Kesenian Tradisional (FKT) merupakan sebuah kegiatan yang diadakan oleh Orang Muda Katolik (OMK) di Rayon Kulon Progo yang bertujuan untuk melestarikan budaya dan juga wadah bagi kaum muda untuk berekspresi. Kegiatan ini diadakan satu tahun sekali yang pada waktu itu sempat terhenti karena adanya covid-19. Pada tahun ini diadakan Kembali FKT yang bertemakan “ Pulih Gigih Linuwih ” dengan logo nyala api. Nyala api yang merah menandakan sebuah keberanian, kekuatan, kegembiraan, gairah, dan juga energi. Pulih berarti sesuatu yang hidup dan menyala bisa mengindikasikan bahwa sesuatu itu sudah pulih. Gigih berarti api yang mempunyai kegigihan, ia berusaha untuk selalu memperbesar diri dan meluaskan areanya serta akan segera menyebar dan tidak mudah untuk dipadamkan. Dan yang terakhir adalah linuwih yang berarti api punya kelebihan yaitu panas dan juga terang dari sekitarnya.  Kegiatan ini terlaksana pada tanggal 09 Juli 2023 yang bertempat di Lapangan Cubung, Lendah, ...

Paskahan 2023 Lingkungan Vicensius Gedong

 Rangkaian Paskah di Gereja dari Minggu Palma sampai misa adhiyuswo sudah selesai. Kini lingkungan-lingkungan di Paroki Adm. Pelem Dukuh yang mengadakan Paskahan Lingkungan. Ini juga yang terjadi di Lingkungan Vicensius Gedong. Rabu 12 April 2023 bertempat di rumah Bapak Pribadi di adakan paskahan Lingkungan di mulai pukul 3 sore. Sekitar pukul setengah 3 sore umat di lingkungan Vicensius Gedong sudah mulai berdatangan, apalagi lingkungan ini di dominasi oleh simbah-simbah yang jalan kaki. Antusias umat cukup bagus terlihat dari umat lingkungan yang rumahnya paling atas sampai rumah yang paling bawah bias hadir dalam paskahan lingkungan ini, dari anak-anak juga sampai simbah-simbah. Pada kesempatan ini Lingkungan Vicensius Gedong juga mengundang Frater Gabriel Singgih dari Seminari Santo Paulus Kenthungan Yogyakarta yang kebetulan berada di Paroki Adm. Pelem Dukuh. Belia juga memimpin ibadat pada sore itu. Frater Singgih yang asli dari Makasar memimpin ibadat dengan Bahasa Jawa, ...