Skip to main content

Jejak Perjalanan Iman: Sejarah Paroki Administratif Pelem Dukuh

  Paroki Administratif Pelem Dukuh adalah sebuah kisah tentang keteguhan iman, semangat pengabdian, dan perjuangan tak kenal lelah dari sekelompok umat Katolik yang bertekad membangun komunitas spiritual di tengah tantangan zaman. Cerita ini dimulai dengan seorang pria sederhana bernama Ignatius Tukidin, yang menjadi pelopor umat Katolik pertama di Pelem Dukuh. Pada tahun 1929, Bapak Ignatius Tukidin dipermandikan di Ploso Promasan setelah mengenal agama Katolik di Sekolah Rakyat (SR) Boro. Dengan bimbingan Romo Prennthaler, ia dikirim ke Mendut dan Ungaran untuk mengikuti kursus guru agama. Ketika ia kembali, benih iman yang ia bawa mulai bersemi di tanah Pelem Dukuh. Rumahnya menjadi tempat diselenggarakannya misa pertama, meski hanya tiga orang yang menerima komuni saat itu: Ignatius Tukidin sendiri, Bapak Sastroadmojo, dan Bapak Tjokrosiswoyo. Inilah awal mula dari perjalanan panjang umat Katolik di Pelem Dukuh. Tak lama kemudian, hadir pula Ibu Yakoba Sikem, yang menjadi umat ...

Sarasehan Keluarga


Salah satu rangkaian acara hari jadi ke 4 Paroki Santa Maria Fatima Pelem Dukuh adalah "sarasehan kebangsaan" yag diselnggarakan oleh Bidang Paguyuban dan persaudaraan dan Bidang Pewartaan (Tim Kerja  Pendamping Keluarga dan Tim Kerja Evanjelisasi Baru) pada hari Kamis 21/12/17 di Gerja Paroki.

Tema yang diusung dalam sarasehan ini adalah "Mewariskan Iman Kristiani dalam Keluarga dengan Meneladan Keluarga Kudus Nasaret". Pemikiran dasar mengambil tema ini karena dijaman modern ini dunia banyak memberikan kemudahan bagi kita,  tapi tidak bisa dipungkiri bahwa banyak juga tantangan yang timbul bagi para orang tua untuk mewariskan nilai-nilai kristiani. 

Dalam sambutannya Bp. Thomas Tukijo menyampaikan harapannya untuk Paroki Pelem Dukuh bisa semakin maju dan berkembang dan umat memiliki iman yang semakin teguh dan dalam. Terinspirasi tentang Kerajaan Surga yang diumpamakan biji sesawi yang kecil namun bisa tumbuh menjadi pohon yang besar, sehingga bayak burung yang bersarang di rantingnya. hal ini menggambarkan Gereja Pelem Dukuh yang kecil semoga dapat berkembang menjadi Gereja yang besar, umat dari luar Paroki bayak yang datang ke Pelem Dukuh untuk memohon berkat dari Tuhan. Sebagai orang tua kita mempunyai kewajiban mewariskan nilai-nilai kristianii kepada anak dan cucu kita, karena di jaman yang modern ini bayak kesulitan dan tantangan dalam mewariskan nilai-nilai kristiani, untuk itu bimbingan dari para Suster Gembala Baik sangat diharapkan dapat memberikan bekal kepada para orang tua.

Bimbingan dari Suster Gembala Baik di wakili oleh Sr Flora Rgs dan Sr Tariana Rgs. Pertemuan diadakan dalam dua sesi, sesi pemaparan dan sesi sharing dan tanya jawab. Dalam penjelasannya, Suster Ana menjelaskan tantangan keluarga saat ini antara lain adalah dampak kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yaitu handphone. Anggota keluarga sibuk dengan HP masing-masing dan tidak saling memperhatikan, bahkan komunikasi atara orang tua dan anak menggunakan handphone bukannya berbicara secara langsung. Selain itu ada juga kekerasan dalam rumah tangga, oleh sebab itu para orang tua dihimbau agar saling pedui dan tangguh dalam hidup dan mengimani Kristus ditengah tawaran/tantangan hidup jaman sekarang yang serba modern agar pasutri katolik dapat menularkan iman kita kepada anak-anak kita.

Comments

Popular posts from this blog

Jejak Perjalanan Iman: Sejarah Paroki Administratif Pelem Dukuh

  Paroki Administratif Pelem Dukuh adalah sebuah kisah tentang keteguhan iman, semangat pengabdian, dan perjuangan tak kenal lelah dari sekelompok umat Katolik yang bertekad membangun komunitas spiritual di tengah tantangan zaman. Cerita ini dimulai dengan seorang pria sederhana bernama Ignatius Tukidin, yang menjadi pelopor umat Katolik pertama di Pelem Dukuh. Pada tahun 1929, Bapak Ignatius Tukidin dipermandikan di Ploso Promasan setelah mengenal agama Katolik di Sekolah Rakyat (SR) Boro. Dengan bimbingan Romo Prennthaler, ia dikirim ke Mendut dan Ungaran untuk mengikuti kursus guru agama. Ketika ia kembali, benih iman yang ia bawa mulai bersemi di tanah Pelem Dukuh. Rumahnya menjadi tempat diselenggarakannya misa pertama, meski hanya tiga orang yang menerima komuni saat itu: Ignatius Tukidin sendiri, Bapak Sastroadmojo, dan Bapak Tjokrosiswoyo. Inilah awal mula dari perjalanan panjang umat Katolik di Pelem Dukuh. Tak lama kemudian, hadir pula Ibu Yakoba Sikem, yang menjadi umat ...

Festival Kesenian Tradisional (FKT) 2023

  Festival Kesenian Tradisional (FKT) merupakan sebuah kegiatan yang diadakan oleh Orang Muda Katolik (OMK) di Rayon Kulon Progo yang bertujuan untuk melestarikan budaya dan juga wadah bagi kaum muda untuk berekspresi. Kegiatan ini diadakan satu tahun sekali yang pada waktu itu sempat terhenti karena adanya covid-19. Pada tahun ini diadakan Kembali FKT yang bertemakan “ Pulih Gigih Linuwih ” dengan logo nyala api. Nyala api yang merah menandakan sebuah keberanian, kekuatan, kegembiraan, gairah, dan juga energi. Pulih berarti sesuatu yang hidup dan menyala bisa mengindikasikan bahwa sesuatu itu sudah pulih. Gigih berarti api yang mempunyai kegigihan, ia berusaha untuk selalu memperbesar diri dan meluaskan areanya serta akan segera menyebar dan tidak mudah untuk dipadamkan. Dan yang terakhir adalah linuwih yang berarti api punya kelebihan yaitu panas dan juga terang dari sekitarnya.  Kegiatan ini terlaksana pada tanggal 09 Juli 2023 yang bertempat di Lapangan Cubung, Lendah, ...

Paskahan 2023 Lingkungan Vicensius Gedong

 Rangkaian Paskah di Gereja dari Minggu Palma sampai misa adhiyuswo sudah selesai. Kini lingkungan-lingkungan di Paroki Adm. Pelem Dukuh yang mengadakan Paskahan Lingkungan. Ini juga yang terjadi di Lingkungan Vicensius Gedong. Rabu 12 April 2023 bertempat di rumah Bapak Pribadi di adakan paskahan Lingkungan di mulai pukul 3 sore. Sekitar pukul setengah 3 sore umat di lingkungan Vicensius Gedong sudah mulai berdatangan, apalagi lingkungan ini di dominasi oleh simbah-simbah yang jalan kaki. Antusias umat cukup bagus terlihat dari umat lingkungan yang rumahnya paling atas sampai rumah yang paling bawah bias hadir dalam paskahan lingkungan ini, dari anak-anak juga sampai simbah-simbah. Pada kesempatan ini Lingkungan Vicensius Gedong juga mengundang Frater Gabriel Singgih dari Seminari Santo Paulus Kenthungan Yogyakarta yang kebetulan berada di Paroki Adm. Pelem Dukuh. Belia juga memimpin ibadat pada sore itu. Frater Singgih yang asli dari Makasar memimpin ibadat dengan Bahasa Jawa, ...