Skip to main content

Jejak Perjalanan Iman: Sejarah Paroki Administratif Pelem Dukuh

  Paroki Administratif Pelem Dukuh adalah sebuah kisah tentang keteguhan iman, semangat pengabdian, dan perjuangan tak kenal lelah dari sekelompok umat Katolik yang bertekad membangun komunitas spiritual di tengah tantangan zaman. Cerita ini dimulai dengan seorang pria sederhana bernama Ignatius Tukidin, yang menjadi pelopor umat Katolik pertama di Pelem Dukuh. Pada tahun 1929, Bapak Ignatius Tukidin dipermandikan di Ploso Promasan setelah mengenal agama Katolik di Sekolah Rakyat (SR) Boro. Dengan bimbingan Romo Prennthaler, ia dikirim ke Mendut dan Ungaran untuk mengikuti kursus guru agama. Ketika ia kembali, benih iman yang ia bawa mulai bersemi di tanah Pelem Dukuh. Rumahnya menjadi tempat diselenggarakannya misa pertama, meski hanya tiga orang yang menerima komuni saat itu: Ignatius Tukidin sendiri, Bapak Sastroadmojo, dan Bapak Tjokrosiswoyo. Inilah awal mula dari perjalanan panjang umat Katolik di Pelem Dukuh. Tak lama kemudian, hadir pula Ibu Yakoba Sikem, yang menjadi umat ...

Homili Romo Modestus Supriyanta dalam misa mingguan di goa maria lawangsih tgl 28 mei 2017


"Tentang mempermuliakan Tuhan"

"Saudara-saudara sekalian dari manapun juga ,selamat siang ... berkah dalem ... sugeng paskah "

Romo Modestus supriyanta yang biasa akrab di panggil romo supri mengawali homilinya dengan mengucapkan selamat paskah ,meskipun sudah 40 hari dari minggu paskah namun masih dalam masa paskah sehingga masih wajar mengucapkan paskah pada minggu ini ,"Sabda Tuhan hari ini sangat indah ,Yesus berdoa kepada Tuhan ,mendoakan para muridnya .Yesus memohon pada Bapanya 'Bapa sudah tiba saatnya permuliakanlah AnakMu supaya Anakmu mempermuliakan Engkau ' tentu ini dalam kontek mengajari murid-muridnya dan memberi teladan .. murid-murid di ajak serta untuk bagaimana agar selalu mempermuliakan Tuhan.
Mempermuliakan Tuhan tidak harus berteriak-teriak menyebut nama Tuhan ,apalagi di sertai arogansi,perusakan yang berlebihan ... " opo faedahe??" ...( apa manfaatnya? tidak ada) seringkali orang menganggap asal sudah menyebut nama Tuhan dengan keras maka sudah merasa mempermuliakan Tuhan,mempermuliakan tuhan juga tidak cukup dengan ungkapan,pujian dan nyanyian .

Tuhan berkehendak saling mengasihi , mengampuni dan menghargai setiap ciptaanNya , namun yang terjadi dalam kehidupan sekarang kebanyakan kebalikanya , saling membenci balas denda,saling menghujat dll .. tidak usah jauh-jauh ke jakarta tapi di dekat kita saja , kita bisa becermin pada keluarga kita masing-masing .Untuk itulah .. kita melakukan kehendak Tuhan adalah sama dengan mempermuliakan Tuhan .. disinilah posisi kita umat di keuskupan agung semarang ,meMpunyai cita-cita menjadikan gereja yang merengkuh siapa saja bukan gereja yang eksklusif tapi gereja yang merangkul , memelihara ,tergerak bagi siapa saja.Artinya dengan kita melakukan kehendak Bapa seperti Yesus mempermuliakan Bapa maka kitapun demikian.mempermuliakan Tuhan juga ditunjukkan oleh Bunda Maria ketika mengunjungi elisabet dengan memuji Tuhan dengan kerendahan hati bahwa yang terjadi ini karena kehendak Tuhan bukan kehendak Maria pribadi ..di masa sekarang ini banyak sekali persaingan dan hal-hal semacamnya yang kadang melewati batas .. sampai bisa di ibaratkan pepatah jawa " segawon gede menang jegogke".

Pada tanggal 28 mei ini merupakan hari komunikasi sosial sedunia , Bapa suci berpesan " jangan takut ,Aku besertamu ,komunikasikan iman dan harapan"
mempermuliakan Tuhan juga bisa di wujudkan lewat komunikasi , komunikasi yang bemakana kedekatan ... semakin mendekatkan ,yang jauh menjadi dekat yang dekat semakin dekat.makab erkomunikasi yang baik termasuk mempermuliakan Tuhan .dalam komunikasi sosial yang terjadi sekarang ini bnyak sekali berita-berita tidak baik , berita-berita negatif yang mendominasi di media .. berita bohong/hoak marak sekali , sebagai umat gereja ... menyajikan informasi yang baik-baik , positif ,lurus itu juga temasuk dalam memuliakan Tuhan .

Sekarang ini banyak berita yang membuat takut banyak berita yang tidak mebawa nafas persekutuan dan persaudaraan terutama akhir-akhi ini seolah-olah jarang mendengar kata-kata persaudaraan,persekutuan,multi,kebinekaan ... namun kita sebagai umat gereja sudah tidak perlu khawatir karena gereja sudah nyata dalam hal ini , kalau bisa mengamalkan seperti dalam gerja maka sudah luar biasa karena gereja terdiri dari keanekaragaman dan kemajemukan yang di ikat dalam satu tubuh dan Yesus sendiri menjadi kepalanya dan kita ini anggota tubuhNYA,tidak ada anggota tubuh yang tidak berguna semua punya fungsi sendiri-sendiri.pada hari ini Yesus mengajak kita mempermuliakan Tuhan dengan melakukan kehendakNya seperti dalam bacaan injil di atas dan dengan "kebersamaan kita yang damai" kita di ajak untuk mengkomunikan harapan dan iman kita agar semua menjadi damai , menyebakan berita-berita yang baik , saling menghargai , saling mengasihi dan mengajak siapa saja tanpa membeda-bedakan mengkomunikasikan harapan dan iman dan untuk mempermuliakan Tuhan .

Comments

Popular posts from this blog

Jejak Perjalanan Iman: Sejarah Paroki Administratif Pelem Dukuh

  Paroki Administratif Pelem Dukuh adalah sebuah kisah tentang keteguhan iman, semangat pengabdian, dan perjuangan tak kenal lelah dari sekelompok umat Katolik yang bertekad membangun komunitas spiritual di tengah tantangan zaman. Cerita ini dimulai dengan seorang pria sederhana bernama Ignatius Tukidin, yang menjadi pelopor umat Katolik pertama di Pelem Dukuh. Pada tahun 1929, Bapak Ignatius Tukidin dipermandikan di Ploso Promasan setelah mengenal agama Katolik di Sekolah Rakyat (SR) Boro. Dengan bimbingan Romo Prennthaler, ia dikirim ke Mendut dan Ungaran untuk mengikuti kursus guru agama. Ketika ia kembali, benih iman yang ia bawa mulai bersemi di tanah Pelem Dukuh. Rumahnya menjadi tempat diselenggarakannya misa pertama, meski hanya tiga orang yang menerima komuni saat itu: Ignatius Tukidin sendiri, Bapak Sastroadmojo, dan Bapak Tjokrosiswoyo. Inilah awal mula dari perjalanan panjang umat Katolik di Pelem Dukuh. Tak lama kemudian, hadir pula Ibu Yakoba Sikem, yang menjadi umat ...

Festival Kesenian Tradisional (FKT) 2023

  Festival Kesenian Tradisional (FKT) merupakan sebuah kegiatan yang diadakan oleh Orang Muda Katolik (OMK) di Rayon Kulon Progo yang bertujuan untuk melestarikan budaya dan juga wadah bagi kaum muda untuk berekspresi. Kegiatan ini diadakan satu tahun sekali yang pada waktu itu sempat terhenti karena adanya covid-19. Pada tahun ini diadakan Kembali FKT yang bertemakan “ Pulih Gigih Linuwih ” dengan logo nyala api. Nyala api yang merah menandakan sebuah keberanian, kekuatan, kegembiraan, gairah, dan juga energi. Pulih berarti sesuatu yang hidup dan menyala bisa mengindikasikan bahwa sesuatu itu sudah pulih. Gigih berarti api yang mempunyai kegigihan, ia berusaha untuk selalu memperbesar diri dan meluaskan areanya serta akan segera menyebar dan tidak mudah untuk dipadamkan. Dan yang terakhir adalah linuwih yang berarti api punya kelebihan yaitu panas dan juga terang dari sekitarnya.  Kegiatan ini terlaksana pada tanggal 09 Juli 2023 yang bertempat di Lapangan Cubung, Lendah, ...

Paskahan 2023 Lingkungan Vicensius Gedong

 Rangkaian Paskah di Gereja dari Minggu Palma sampai misa adhiyuswo sudah selesai. Kini lingkungan-lingkungan di Paroki Adm. Pelem Dukuh yang mengadakan Paskahan Lingkungan. Ini juga yang terjadi di Lingkungan Vicensius Gedong. Rabu 12 April 2023 bertempat di rumah Bapak Pribadi di adakan paskahan Lingkungan di mulai pukul 3 sore. Sekitar pukul setengah 3 sore umat di lingkungan Vicensius Gedong sudah mulai berdatangan, apalagi lingkungan ini di dominasi oleh simbah-simbah yang jalan kaki. Antusias umat cukup bagus terlihat dari umat lingkungan yang rumahnya paling atas sampai rumah yang paling bawah bias hadir dalam paskahan lingkungan ini, dari anak-anak juga sampai simbah-simbah. Pada kesempatan ini Lingkungan Vicensius Gedong juga mengundang Frater Gabriel Singgih dari Seminari Santo Paulus Kenthungan Yogyakarta yang kebetulan berada di Paroki Adm. Pelem Dukuh. Belia juga memimpin ibadat pada sore itu. Frater Singgih yang asli dari Makasar memimpin ibadat dengan Bahasa Jawa, ...