Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2021

Jejak Perjalanan Iman: Sejarah Paroki Administratif Pelem Dukuh

  Paroki Administratif Pelem Dukuh adalah sebuah kisah tentang keteguhan iman, semangat pengabdian, dan perjuangan tak kenal lelah dari sekelompok umat Katolik yang bertekad membangun komunitas spiritual di tengah tantangan zaman. Cerita ini dimulai dengan seorang pria sederhana bernama Ignatius Tukidin, yang menjadi pelopor umat Katolik pertama di Pelem Dukuh. Pada tahun 1929, Bapak Ignatius Tukidin dipermandikan di Ploso Promasan setelah mengenal agama Katolik di Sekolah Rakyat (SR) Boro. Dengan bimbingan Romo Prennthaler, ia dikirim ke Mendut dan Ungaran untuk mengikuti kursus guru agama. Ketika ia kembali, benih iman yang ia bawa mulai bersemi di tanah Pelem Dukuh. Rumahnya menjadi tempat diselenggarakannya misa pertama, meski hanya tiga orang yang menerima komuni saat itu: Ignatius Tukidin sendiri, Bapak Sastroadmojo, dan Bapak Tjokrosiswoyo. Inilah awal mula dari perjalanan panjang umat Katolik di Pelem Dukuh. Tak lama kemudian, hadir pula Ibu Yakoba Sikem, yang menjadi umat ...

Renungan APP tgl 30 Maret 2021

  SELASA dalam Pekan Suci “… Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku”  (Yoh 13:21) Jika kita membayangkan diri sebagai bagian dari murid-murid Yesus maka terdapat sebuah  kengerian . Seorang Guru berkata bahwa Ia akan diserahkan kepada musuh dan mengalami maut.  Kengerian  itu dapat kita rasakan jika salah satu dari anggota kita sedang mengalami sakratul maut. Kekhasan dari perikop ini adalah pengalaman Yesus yang dikhianati oleh Yudas. Pengkhianatan menunjukkan bahwa sebagai seorang manusia kita lebih mudah memilih untuk tidak setia dan berbuat keji. Pengkhianatan yang dilakukan Yudas membawa konsekuensi pada penderitaan yang harus dialami oleh Yesus. Pengkhianatan Yudas membawa pada peristiwa  ngeri  yang harus dialami oleh Yesus. Pengkhianatan Yudas pun juga terjadi dapat terjadi pada zaman sekarang ini, mungkin saja hanya dalam skala yang lebih kecil. Pengkhianatan akan menjaga janji setia dalam perkawinan, pe...

Renungan APP tgl 27 Maret 2021

  SABTU Prapaska 5  “… lebih berguna bagimu jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa” (Yoh 11:50) Injil Yohanes menunjukkan pengurbanan Yesus demi keselamatan umat manusia. Pengurbanan Yesus sekali dan untuk selamanya. Salib simbol kehinaan ternyata menjadi tanda kemuliaan bagi Yesus. Dalam hidup kita sehari-hari pengurbanan dapat dengan mudah dijumpai. Misalnya saja seorang ibu yang rela tidak makan supaya jatah makannya dapat dikonsumsi oleh anaknya. Atau ketika salah seorang yang rela mendonorkan darah demi kesembuhan seorang pasien. Pengurbanan menjadi hal yang sangat berharga terkhusus bagi mereka yang kita cintai. Pengurbanan Yesus ditujukan kepada seluruh umat manusia, baik yang jahat maupun yang baik. Berbeda dengan kita yang hanya berkenan berkurban kepada mereka yang baik atau kita cintai. Lain halnya jika kita harus berkurban untuk mereka yang membenci atau pun tidak kita kenali. Tentu saja, terdapat rasa enggan untuk berkurban....

Renungan APP tgl 26 April 2021

  Hari pantang “Jikalau Aku tidak mengerjakan pekerjaan – pekerjaan Bapaku, janganlah percaya kepadaKu” (Yoh 10:37) Konteks Injil hari ini berbicara tentang bangsa Yahudi yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah. Dapat dikatakan pula bahwa bangsa Yahudi menolak kehadiran Yesus. Yesus pun memberikan pembelaan diri dengan menyatakan bahwa seluruh yang Ia kerjakan sungguh berasal dari Allah. Kehadiran Yesus di tengah bangsa Yahudi tidak luput dari segala bentuk kritik dan ketidakpercayaan. Namun, pilihan Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah jauh lebih agung daripada mencari pujian atau pun keagungan diri. Pesan Injil hari ini yang dapat kita hayati ialah berani menerima kritik dari orang lain. Pengalaman hidup banyak orang menunjukkan bahwa menerima kritik bukanlah hal yang mudah. Kerap kali kita menolak atau menjadi pribadi yang anti kritik. Argumen yang biasa kita pergunakan untuk melawan kritik yakni “Saya itu yang benar, justru orang lain yang keliru menilai atau mengkritik sa...

Renungan APP tgl 23 Maret 2021

  SELASA Prapaska 5 “… Jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu” (Yoh 8:24b) Kutipan sabda hari ini mengingatkan kita bahwa perjalanan mengikut Yesus adalah perjalanan menjadi murid Kristus yang membutuhkan komitmen. Beriman kepada Yesus berarti menaruh kepercayaan sekaligus membangun komitmen menjalankan kehendak-Nya. Inilah tantangan bagi kita pada zaman ini: di tengah banyak hal yang menggerus iman dan kebanggaan sebagai pengikut Kristus, sanggupkan kita untuk bangga dan  membangun semangat radikalisme kemuridan? Bukankah Yesus juga pernah bersabda, “Setiap orang yang mau  mengikut Aku, ia harus   menyangkal  dirinya ,  memikul  salibnya dan  mengikut Aku .”? Radikalisme kemuridan yang pertama nampak dalam keberanian untuk menyangkal diri. Dengan keutamaan ini, kita diundang untuk senantiasa mawas diri terhadap hasrat ingin menonjolkan diri, dipuji dan dihormati. Sebaliknya, penyangkalan diri memampukan seseorang...

Renungan APP tgl 20 Maret 2021

  SABTU Prapaska 4 “Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia” (Yoh 7:43) Menjadi Katolik itu tidak mudah. Kita harus ikut pelajaran untuk persiapan menerima sakramen, begitu banyak kegiatan menggereja seperti koor, parkir, dewan paroki, OMK, prodiakon, misdinar, lektor dll. Itulah gambaran sebagai orang Katolik. Berbagai kepengurusan dan kegiatan Gereja menjadi sarana bagi kita untuk mengembangkan iman dan pelayanan kekatolikan. Hal yang menjadi keprihatinan yakni ketika orang tidak mau terlibat dalam berbagai macam kegiatan Gereja.Misalnya saja orang hanya cukup mengikuti Ekaristi tanpa mau mengikuti dinamika pelayanan Gereja. Bukankah itu keegoisan rohani? Mengapa menjadi katolik tidak mudah? Hal ini dikarenakan begitu banyak pertentangan dalam diri kita untuk menghidupi kekatolikan. Selalu saja ada alasan untuk menolak dalam pelayanan Gereja, misalnya saja beban keluarga, studi, jarak yang jauh dari rumah dengan Gereja dll. Begitu banyak alasan keegoisan dir...

Renungan APP tgl 19 Maret 2021

  JUMAT Prapaska 4 Hari pantang “Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku” (Yoh 7:29) Kristus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Prapaskah menjadi kesempatan untuk melihat realitas Allah dan manusia yang hadir dalam diri Yesus. Kemanusiaan Yesus ditampakkan dengan semangat solidaritasnya bahkan rela mengalami sengsara, dan wafat. Itulah realitas kemanusiaan. Namun, karena Yesus adalah Allah, Ia pun tidak kalah dengan kuasa maut, melainkan bangkit demi menyelamatkan seluruh umat manusia. Yesus kita kenali sebagai Putra Allah yang datang dari Bapa. Ia diutus datang ke dunia untuk menebus seluruh kemanusiaan kita, sehingga nantinya kita layak diangkat dalam keAllahannya. Nah, kita sebagai manusia dapat belajar dari Allah yang mempribadi menjadi manusia: Ia yang adalah Allah, berkenan untuk menjadi manusia, mengapa kita sebagai manusia kerap kali bertindak sebagai Allah? Allah hadir di dunia menggunakan bahasa manusia, supaya mampu berkomunikasi dan ...

Renungan APP tgl 18 Maret 2021

  KAMIS Prapaska 4 “Kalau Aku bersaksi tentang diriKu sendiri, maka kesaksianKu itu tidak benar” (Yoh 5:31) Majunya peradaban sebuah bangsa ditentukan dengan budaya yang dihidupinya. Misalnya saja negara Singapura memiliki budaya tertib, sehingga berbagai pelayanan umum dapat berjalan dengan lancar. Lain pula dengan bangsa Yahudi yang memiliki budaya untuk menghidupi warisan nilai-nilai hukum dan rohani dari nenek moyang, sehingga menciptakan masyarakat yang taat hukum dan agama. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Jawabannya dapat kita lihat dari pola hidup kita masing-masing. Salah satu persoalan serius zaman sekarang adalah  hoaks .  Hoaks  atau berita bohong dapat dengan mudah dialami oleh bangsa Indonesia. Mungkin saja dikarenakan bangsa Indonesia kurang memiliki budaya membaca. Inilah yang menyebabkan masyarakat dengan mudah menerima segala informasi sebagai kebenaran tanpa meninjau atau mengecek kebenarannya. Istilah  hoaks  mungkin menjadi pola pemikir...

Renungan APP tgl 16 Maret 2021

  SELASA Prapaska 4 “Yesus berkata kepadanya:”Bangunlah, angkatlah lammu dan berjalanlah” (Yoh 5:8) Hari ini, kita kembali diajak merenungkan kisah mukjizat penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus, yaitu terhadap seorang yang lumpuh dan selama 38 tahun memohon rahmat kesembuhan di tepi kolam Bethesda. Perjumpaan dengan Yesus pada akhirnya menggerakkan hatiNya untuk menyembuhkannya. Dalam hal ini, peristiwa sakit menjadi sarana untuk mengalami perjumpaan dan rahmat dari Tuhan. Persoalannya adalah banyak dari kita merasa bahwa rahmat Tuhan hanya terjadi dalam kotak saat kita sehat, berhasil, dan dalam peristiwa-peristiwa lain yang menyenangkan bagi kita. Namun demikian, seringkali justru pada saat kita sehat, gembira dan berhasil, kita lupa pada Tuhan. Dan sebaliknya, saat kita sungguh terpuruk, sakit, gagal, kita baru ingat dan berseru memohon kepada Tuhan. Dari kutipan sabda hari ini, kita dapat merenungkan apakah selama ini kita juga tidak sadar telah sekian lama mengalami kelumpuha...

Renungan APP tgl 12 Maret 2021

  JUMAT Prapaska 3 Hari pantang “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akalbudimu, dan dengan segenap kekuatanmu” (Mrk 12:30) Kita tentu pernah mengalami sakit, misalnya sakit gigi, sakit  perut dll. Ketika kita sakit di salah satu bagian tubuh tentu penderitaannya dirasakan seluruh tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa setiap anggota tubuh terikat pada satu kesatuan. Begitu pula dengan cara kita untuk mengasihi Allah. Injil hari ini mengajak kita supaya mampu menggunakan hati, jiwa, akal budi dan kekuatan untuk mengasihi Allah. Keempat hal tersebut harus kita sinkronkan supaya mampu mengasihi Allah. Situasi konkret yang sering kita alami ialah kita kurang mampu  mensinkronkan hati, jiwa, akal budi dan kekuatan. Kerap kali hati kita galau terhadap situasi tertentu, kerap kali jiwa kita mengalami stress atau bahkan depresi, kerap kali akal budi kita disibukkan dengan kepentingan duniawi dan kekuatan kita kerap kali hanya d...

Renungan APP tgl 08 Maret 2021

  SENIN Prapaska 3 “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya” (Luk 4:24) Adakah di antara Anda yang pernah mengalami penolakan? Bagaimana rasanya saat ditolak? Banyak orang mungkin akan merasa sakit dan tidak enak hati ketika ditolak. Sebagian juga mungkin akan menangis, merasa terpuruk, minder, sedih, kecewa, dsb. Barangkali juga ada sebagian dari kita yang protes karena merasa permohonan atau keinginan kita seakan-akan ditolak oleh Tuhan: sakit yang tidak kunjung sembuh, usaha yang tidak berkembang pesat, pasangan hidup yang tidak berubah, dan permasalahan-permasalahan lainnya yang tak kunjung terjawab. Kutipan sabda hari ini menyadarkan kita bahwa salah satu potensi terjadinya penolakan bukan berasal dari tempat jauh, namun dari orangorang terdekat kita, entah karena persoalan ekonomi, relasi, kesehatan, pekerjaan, hobi dll. Kita bisa belajar juga dari sikap Paulus yang sadar akan “duri dalam dagingnya” namun percaya bahwa “cukuplah kasih...

Renungan APP tgl 06 Maret 2021

  SABTU Prapaska 2 “Ayah itu lari mendapatkan anaknya, lalu merangkul dan menciumi dia” (Luk 15” 20c) Apakah memberikan pengampunan bagi orang yang bersalah kepada kita adalah sesuatu yang sulit untuk kita lakukan? Mungkin ada sebagian dari kita yang mengatakan,”Aku belum bisa memaafkannya. Hatiku sudah terlanjur sakit karena perbuatannya. Mengampuni dia? Kok enak, dia telah berbuat jahat dan menyakitiku.” Harus diakui bahwa memberikan pengampunan adalah sesuatu yang tidak selalu mudah kita lakukan, terlebih jika orang yang telah menyakiti hati adalah orang-orang terdekat atau yang kita kasihi: sahabat, suami, istri, anak, orang tua, teman kerja, dll. Seringkali rasa sakit karena dikhianati oleh orang yang begitu dekat dengan diri kita membekas begitu dalam. Kutipan sabda hari ini ini mengajar kita untuk belajar memiliki hati seperti sang ayah yang berlari untuk mendapatkan, merangkul, dan mencium anaknya yang telah banyak berbuat salah. Tentu memiliki hati pemaaf seperti sang ayah...

Renungan APP tgl 05 Maret 2021

  JUMAT Prapaska 2 Hari pantang “… Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi pada pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita” (Mat 21: 42b) Perikop di atas dapat kita maknai sebagai usaha transformasi hidup. Tuhan selalu memandang segala hal itu baik, bahkan sesuatu yang tidak berharga di mata manusia ternyata dapat diubah menjadi berkat. Hidup kita pun senantiasa berharga di mata Tuhan, tetapi kerap kali kita memandang diri kita dengan pesimistis dan rendah diri. Seperti halnya batu yang dibuang menjadi batu penjuru, maka kita pun harus memiliki daya transformasi hidup. Transformasi hidup adalah perubahan dari dalam diri untuk menjadi pribadi yang semakin baik. Usaha transformasi dapat dianalogikan seperti metamorfosis kupu-kupu. Di awali dari telur, kepompong, ulat hingga menjadi kupu-kupu yang cantik. Begitu pula dengan kehidupan manusia berawal dari bayi sampai dengan dewasa. Proses kehidupan ini tidak selalu berjalan lancar,...

Renungan APP tgl 04 Maret 2021

  KAMIS Prapaska 2    “Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu” (Luk 16: 20) Dunia ini menghadirkan dua realitas, misalnya: kaya-miskin, sakit-sehat, lahir-mati. Itulah gambaran Injil hari ini yang menghadirkan antara si kaya-si miskin. Hal yang menarik bahwa simiskin yang sakit borok justru disebutkan namanya yakni Lazarus, sedangkan si-kaya justru tidak disebutkan namanya. Injil tersebut dapat ditafsirkan sebagai belas kasih Allah yang sangat mempribadi. Artinya Allah sangat mengenal pribadi Lazarus. Kita mungkin menjadi pribadi yang mudah untuk membantu, dan peduli kepada sesama. Namun, kerap kali kita hanya sekedar membantu tanpa ingin mengenal secara lebih dalam. Misalnya saja, kita mengeluarkan uang untuk membantu orang miskin. Itu memang tindakan yang baik, tetapi sebenarnya kita tidak mengetahui secara mendalam apa yang sebenarnya dia butuhkan. Kita bisa belajar dari cara Allah dalam mengasi...

Renungan APP tgl 03 Maret 2021

  Rabu Prapaska 2 “… dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka diantara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu” (Mat 20: 27) Kutipan sabda hari ini menjadi pengingat bagi kita akan pentingnya sikap rendah hati dalam relasi dengan sesama. Siapakah di antara kita yang tidak ingin dirinya dihargai, diterima, diperhatikan, diprioritaskan, dan dipuji? Apakah ada di antara kita yang lebih memilih direndahkan dan disepelekan oleh orang lain? Tentu saja tidak. Bahkan sebagian besar dari kita masih berjuang untuk dapat menerima kekurangan dan kerapuhan, baik yang ada dalam diri sendiri maupun orang lain. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk melatih diri dalam keutamaan kerendahan hati. Kerendahan hati sesungguhnya adalah kebajikan dalam diri seseorang yang membuat dirinya dapat memposisikan diri sama dengan orang lain tidak merasa lebih pintar atau lebih baik, tidak merasa lebih mahir, lebih hebat, dan dapat menerima dan menghargai orang lain apa adanya dengan ketulusan. Bagaimana seseorang d...

Renungan APP tgl 02 Maret 2021

  Selasa Prapaska 2 “…belajarlah berbuat baik, usahakanlah keadilan”(Yes 1:17) Kutipan sabda hari ini berasal dari Yesaya, seorang nabi yang dikenal sebagai sosok pejuang keadilan sosial dan pewarta kerahiman Tuhan yang menghargai pertobatan hidup. Pada zamannya, Yesaya mengingatkan kepada para pemimpin bangsa dan orang-orang Israel agar: “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatanperbuatanmu yang jahat dari depan mata Tuhan. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik.” Belajar berbuat baik, menurut Yesaya, dapat ditempuh dengan mengusahakan keadilan, mengendalikan orang-orang kejam, membela hak-hak anak yatim, memperjuangkan perkara para janda pada saat itu. Menjadi pribadi yang lebih baik adalah bagian dari usaha pertobatan dan sebagai silih atas dosa. Dan pewartaan yang utama adalah bahwa Tuhan sungguh maharahim.  Dalam kerahimannya, dosa semerah kirmizi pun menjadi putih seperti salju. Bagi kita, belajar menjadi pribadi yang lebih baik dan memperjuangkan k...

Renungan APP tgl 1 Maret 2021

  SENIN Prapaska 2 “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Luk 6:36) Merenungkan kutipan sabda pada hari ini, mengantar kita pada dua kesadaran, yaitu bahwa Allahlah yang pertama-tama lebih dahulu bermurah hati kepada kita dan bagaimana semestinya sikap kita setelah mendapatkan kemurahan hati Allah. Sebagai orang beriman, kita tidak ragu akan kemurahan hati Allah dalam aneka rahmat yang kita terima dalam hidup. Namun demikian, tidak setiap orang memiliki kepekaan dan rasa syukur yang sama atas aneka rahmat yang Allah anugerahkan. Ketika kita sadar akan siapa diri kita, kita yang bukan siapa-siapa dan tidak bisa apa-apa namun dikasihi oleh Allah dan mendapatkan kemurahan hatiNya, tidaklah sulit bagi kita untuk senantiasa bersyukur dan berterima kasih atas kemurahan hati Allah dengan mengusahakan kebaikan dan kemurahan hati yang sama kepada orang lain. Semangat untuk melakukan kebaikan dan bermurah hati seperti di atas tentu berbeda dengan apa yang mungkin...